Kapten Tubagus Muslihat






  • Tubagus Muslihat dikenal sebagai Kapten Muslihat yang gagah berani memimpin pasukan melawan tentara inggris. Untuk mengingat perjuangan beliau dibuatlah patung kapten muslihat atau dikenal saat ini taman Kapten Musihat.

6 Desember 1945 seluruh masyarakat Bogor mengadakan pemberontakan, kendati hanya bersenjatakan bambu runcing, golok, pedang dan persenjataan alakadarnya, akan tetapi peperangan berlangsung sengit dan menggetarkan, terutama disekitar Istana Bogor dan Kota Paris.

Ditengah situasi Kota Bogor yang kian memanas dan berbau maut itu, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kemarkas-markas yang diduduki tentara Inggris dan Gurkha, padahal waktu itu istri kapten Muslihat dalam keadaan mengandung, makanya setiap kali akan melakukan peperangan kapten yang berusia relatif muda itu selalu berpesan kepada istrinya supaya ia dapat menjaga sijabang bayi, bahkan untuk menghibur dan menenagkan hati istrinya kapten muslihat sering berkata apabila kelak anaknya lahir akan ia beri nama "Merdeka".

25 Desember 1945 Kapten Muslihat dan pasukannya menyerang tentara Inggris dan Gurkha yang menduduki kantor polisi berada di Jalan Banten (kini Jalan Kapten Muslihat). Kontak senjata tak bisa dihindari. Pertahanan musuh sangat rapat. 

Dengan Gagah dan berani Kapten Muslihat keluar dari lokasi persembunyiannya dan melakukan penyerangan secara terbuka. Perang terbuka ini berhasil melumpuhkan beberapa serdadu Inggris dan sekutu, Namun tak ayal sebuah peluru panas dari musuh berhasil menembus bagian perut sang kapten, darahpun mengucur deras dari perutnya. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangatnya, ia bukanlah pejuang amatiran, dirinya sudah bertekad untuk berjihad meski nyawa menjadi taruhan. Sang kapten seperti banteng terluka, terus menyerang musuh-musuhnya. Ia sudah tidak mempedulikan lagi berapa peluru musuh yang sudah bersarang ditubuhnya. 

Gustiman ( sang adik yang ikut berperang ) mencoba menolong kakaknya yang sedang berjuang, namun sang kapten memerintahkan agar segera menyingkir agar tidak banyak korban yang berjatuhan.

Sampai akhirnya sebuah peluru tajam dari pasukan sekutu  menerjang bagian pinggangnya hingga membuat sang kapten langsung jatuh tersungkur. Darah mengucur dari seluruh tubuhnya, membasahi kaus yang semula berwarna putih bersih menjadi merah oleh darah. Lokasi dimana Sang Kapten terjatuh ini berada tidak jauh dari patung yang didirikan pada saat ini ( Taman Topi ).

Sekalipun sangat sulit untuk menarik tubuh kapten Muslihat dari arena pertempuran karena terus menerus dihujani peluru, tapi berkat kesigapan PMI dan pasukan yang dipimpinnya, akhirnya tubuh kapten muslihat berhasil juga ditarik keluar dari arena pertempuran dan diboyong kerumahnya yang terletak di Panaragan.. Namun kondisi lukanya yang cukup parah serta ketersediaan peralatan medis yang kurang memadai waktu itu, membuat kondisi sang Kapten perlahan melemah dan semakin mendekati ajalnya akibat kehabisan darah dari luka yang dideritanya. 

Pesan terakhir yang sempat diwasiatkan kepada isterinya adalah beliau meminta agar semua tabungan yang dimilikinya diberikan seluruhnya kepada fakir miskin. Dan kepada teman dan anak buahnya  yang saat itu mendampinginya ia memberikan pesan agar mereka terus berjuang hingga titik darah penghabisan.

“urang pasti meunang, jeung Indonesia bakalan merdeka” ucapnya lirih. “Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar.”

Meninggalnya Kapten Muslihat juga disaksikan oleh Dr. Marzoeki Mahdi— yang sekarang namanya diabadikan menjadi salah satu nama rumah sakit di kawasan Cilendek -.

Setelah mengucapkan takbir “Allahu Akbar” tiga kali, dan dalam keadaan tenang, khusnul khotimah, dan pasrah, Kapten Tubagus Muslihat akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dan pada keesokan harinya jasadnya dikuburkan dalam situasi perang yang masih berkecamuk di sekitar Bogor dengan meninggalakan seorang Istri yang sedang mengandung anaknya.

Comments

Mohon Berkomentar Setelah Membaca ^_^

PERINGATAN!!!

LINK yang Aktif Tidak akan bisa di Publish